Membaca kisruh sepakbola Indonesia terkini, ada yang menyengat perhatian saya yaitu tentang penggunaan istilah “klub abal-abal” atau “klub antah berantah” atau “klub siluman”. Istilah ini dipakai untuk klub-klub yang dianggap naik kasta ke level tertinggi kompetisi PSSI. Dengan alasan ini sebagian klub menarik diri dari kompetisi resmi PSSI dan menggelar kompetisi sendiri.
Kali ini saya ingin membuka fakta, bahwa sesungguhnya bukan klub-klub ini yang dikatakan sebagai klub abal-abal, klub antah berantah maupun klub siluman. Ada satu klub yang justru layak disematkan predikat sebagai klub abal-abal, klub siluman atau klub antah berantah. Klub itu adalah Sriwijaya FC. Klub yang bermarkas di Palembang sangat layak untuk disebut sebagai klub abal-abal, klub siluman atau klub antah berantah.
Mari kita tengok sejarah berdirinya Sriwijaya FC. Jika kita telusuri sejarah berdirinya Sriwijaya FC maka kita akan memulai dari tahun 1976 dimana Persijatim (Persija Timur) berdiri sebagai perserikatan sepakbola di Jakarta Timur. Bagi yang belum paham mengapa harus dimulai dengan Persijatim karena sebelum memakai nama Sriwijaya FC, nama resmi mereka dalam kompetisi PSSI adalah Persijatim Sriwijaya FC.
Memulai kompetisi di Kompetisi perserikatan PSSI baru pada tahun 1987 Persijatim promosi dari Divisi II ke Divisi I Perserikatan PSSI. Pada tahun 1991 Persijatim masuk ke Divisi Utama Perserikatan PSSI. Dengan prestasi yang tidak terlalu bersinar, boleh dibilang Persijatim hanya sebagai klub “numpang lewat”. Nama yang kalah besar dari si abang yaitu Persija Pusat dan perhatian seadanya dari Pemda DKI Jakarta menjadikan Persijatim tenggelam. Bersama 3(tiga) Persija lainnya yaitu Persija Barat, Persitara dan PSJS keberadaan Persijatim tidak lebih dari perkumpulan sepakbola kampung.
Tahun 2001 Persijatim “hijrah” dari Jakarta Timur ke Solo menggantikan posisi Pelita jaya yang hengkang dari Solo ke Cilegon. Sebagai tim “pelarian” sambutan warga Solo lumayan antusias. Pasoepati, kelompok supporter pendukung Pelita Solo, menyambut kedatangan persijatim dan akhirnya menjadi supporter Persijatim.
Persijatim berubah nama menjadi PERSIJATIM SOLO FC. Sebuah nama yang aneh, karena jika kita lengkapkan nama itu menjadi “Persatuan Sepakbola Jakarta Timur Solo FC”. Apakah Jakarta ada di timur Solo atau Jakarta Timur merupakan wilayah Solo? He…he…he..
Persijatim ada di Solo sampai dengan tahun 2004 karena di tahun itu Persijatim dibeli oleh Pemda Sumatera Selatan dengan harga 6 Milyar rupiah. Apakah Pemda Sumsel membeli perserikatan Persijatim atau membeli klub Persijatim? Kalau membeli klub Persijatim apakah Persijatim adalah sebuah klub? Di Palembang, Persijatim diberi label “PERSIJATIM SRIWIJAYA FC”.
Dari sini mulai terang bahwa Sriwijjaya FC adalah Persijatim Sriwijaya FC. Pemda sumsel melepas atribut Persijatim dari Persijatim Sriwijjaya FC dan mengubah nama menjadi Sriwijaya fC. Kemanakah Persijatim? Persijatim adalah perserikatan yang mendaftar ke PSSI sebagai peserta kompetisi Liga Indonesia bukan Sriwijaya FC. Sebagai perserikatan saat ini posisi Persijatim menjadi tidak jelas. Jika mendaftar baru maka Persijatim adalah klub/perserikatan baru yang bukan lahir tahun 1976. Jika Persijatim mendaftar sebagai klub/perserikatan yang lahir 1976 maka posisi Sriwijaya FC adalah illegal. Sriwijaya FC tidak pernah mendaftar kompetisi PSSI dan memulai dari divisi terbawah, tetapi membeli label Persijatim untuk kemudian melepaskannya.
Jadi jelas, siapakah klub abal-abal, klub siluman atau klub antah berantah itu. Klub itu adalah Sriwijaya FC.
0 Response to "Sejarah SRIWIJAYA FC"
Post a Comment